Filename | 12 TAHUN REFORMASI MELAWAN AMNESIA SEJARAH |
Permission | rw-r--r-- |
Author | ex genvil |
Date and Time | 21.54 |
Label | umum |
Action |
Apa ini yang dinamakan reformasi?? suatu bentuk perubahan yang menuju titik kebebasan dari tangan diktator seorang pemimpin...
Pertanyaan yang muncul adalah sudah adakah perubahan yang cukup bermakna bagi kehidupan berbangsa dan bernegara? Sudah adakah perubahan yang cukup signifikan di bidang hukum, ekonomi, politik, dan budaya? Untuk menjawab pertanyaan semacam ini, saya kira masyarakat kita dengan mudah dapat membaca dan memahaminya. Apa yang dulu gencar digembar-gemborkan oleh kaum muda kita agaknya masih terapung-apung dalam slogan dan retorika. Hukum masih mandul; belum sepenuhnya mampu menjerat para pengemplang harta negara. Ekonomi? Masyarakat kita dengan jelas bisa merasakan betapa susahnya hidup di negeri ini pada masa pascareformasi. Di tengah menipisnya daya beli masyarakat, justru pemerintah membuat kebijakan yang kurang populer dengan menaikkan harga BBM. Politik? Wah, untuk bidang yang satu ini agaknya telah menjadi “syurga” bagi para petualang politik. Bagi mereka, reformasi benar-benar membawa berkah. Banyak OKB alias Orang Kaya Baru yang bisa hidup enak melalui jalur politik. Mereka yang punya nyali, meski tanpa didukung kadar kecerdasan yang memadai, bisa menjadi “adipati” baru di daerahnya dengan menghalalkan segala cara.
Lantas, bagaimana dengan bidang kebudayaan? Dengan nada sedih harus dikatakan bahwa budaya merupakan ranah yang tak tersentuh oleh reformasi, bahkan semenjak negeri ini berada di atas tungku kekuasaan Orde Baru. Kebudayaan benar-benar menjadi sebuah Indonesia yang tertinggal. Ironisnya, kebudayaan kita justru diceraikan dari ranah pendidikan. Kebudayaan harus “menikah” dengan kepariwisataan yang jelas-jelas lebih diorientasikan pada politik pencitraan dan dunia industri.
Kebudayaan agaknya akan terus menjadi sebuah Indonesia yang tertinggal jika tidak ada “kemauan politik” untuk menyentuhnya ke dalam ranah perubahan. Satu dekade reformasi seharusnya sudah mampu memberikan kemaslahatan publik dalam menggapai kehidupan yang lebih baik. Telinga kita sudah demikian jenuh mendengar bahasa politik dan ekonomi yang tak henti-hentinya mengedepankan “siapa yang menang” dan “apa untungnya”. Sudah saatnya kita memperluas makna perubahan dengan menyentuh akar-akar kebudayaan dengan mengedepankan pertanyaan “apa yang benar”.
0 komentar:
Posting Komentar